Sabtu, 26 November 2011

Cerita Dewasa - Bercinta di Bis Kota

Hari sudah sore ketika aku tiba di terminal Lebak Bulus. Hari itu hari terakhirku menjadi bujangan. 4 hari lagi, aku akan menikahi Mei, kekasihku selama 6 tahun. Hari ini aku pulang ke Jogja, ke tempat kelahiranku untuk bertemu dengan keluarga.

Hidupku sungguh sempurna. Tepat setelah aku lulus dari kuliah, aku mendapatkan kerja yang cukup nyaman di sebuah perusahaan telekomunikasi cukup besar daerah Jakarta Selatan. Tinggal jalan kaki ke Pondok Indah Mall. Mei, calon istriku, kemudian menyusul ke Jakarta dan bekerja di sebuah bank di Bintaro. Perjalanan cinta kami bisa dibilang cukup mulus. Benar-benar sebuah hidup yang sempurna. Aku pun bukan orang yang aneh-aneh. Aku dibesarkan dalam keluarga yang cukup religius dan sangat teratur. Sepanjang sejarah kehidupanku, bisa dihitung berapa kali aku melanggar aturan atau norma. Kenakalanku paling besar hanyalah minum tomi (topi miring in case you're wondering) dan sedikit magadon, waktu acara naik gunung di SMA. Tapi itu dulu. 

Hampa kadang terasa. Hidup serasa jalan tol, tanpa rintangan, mulus tanpa gejolak, penuh aturan. Kadang aku ingin, sekali-kali memberontak, melanggar aturan. Sekali dalam seumur hidup. 

Aku beranjak di tengah kerumunan calo-calo untuk mencari busku. Sumber Alam. Langgananku selama 2 tahun terakhir. 

"Mbak, Sumber Alam yang Bisnis belum datang ya?" tanyaku kepada seorang petugas loket. Manis juga. Item manis sih tepatnya. 
"Dereng mas, jogja ya? Mangke setengah jam malih ...," Lho, kok bahasa jawa?
"Nuwun nggih mbak."

Aku duduk menunggu. Asap bus benar-benar menyesakkan. Aku merasakan diriku sesak napas. dari dulu memang aku tidak pernah suka keramaian dan kesesakan Jakarta. Tapi kepepet sih, harus cari upa ("cari nasi") di Jakarta.

Tak lama kemudian bis itu datang juga. AB 7766 BK. Aku bergegas naik. 14A. dua tempat duduk. Aku sengaja mencari tempat duduk persis di bawah AC. Biar bisa tidur lelap. Aku segera menutup mata. Mengurangi kebisingan akibat lalu lalang orang mencari tempat duduk. 

"Mas, mas, maaf ...," ada suara merdu rupanya. Aku membuka mataku.
"Maaf, apa boleh tukeran sama suami saya? Suami saya dapat tiket tempat duduk di seberang. Soalnya beli tiketnya baru aja tadi."

Aku melihat ibu yang menyapa tadi. Kemudian melihat suaminya yang tersenyum mengangguk kepadaku di seberang kursi kami, menggendong anak yang kira-kira berusia 5 tahun.

"Aduh, bu, maaf, bukannya saya tidak mau, cuman memang saya sengaja memilih tempat di bawah AC ini bu. Maaf ya," jawabku agak keberatan. Bukannya apa-apa, tapi aku paling tidak suka diganggu dengan masalah orang yang telat membeli tiket seperti pasangan ini. 

Ibu itu cemberut. "Ya sudahlah pa, kita ngalah aja. Aku duduk di sampingnya mas ini aja."

Whatever. aku kembali menutup mataku. 

Perjalanan ini sesungguhnya bakal menyenangkan, kalau tidak harus mendengar rengekan anak 5 tahun yang sepertinya tidak pernah diam itu. Belum lagi suara ibu-ibu di sebelahku ini, yang ya ampun, cerewetnya. Aku jengkel banget. 

Hujan mulai turun. Airnya menetes membentuk alur di kaca jendelaku. Masih terjebak di Cawang. Sial.

Untung Cikampek tidak macet. Kendaraan mulai menderu, bertambah cepat. Kulihat tebaran warna hijau ditimpali air hujan yang begitu deras di sebelah kiri jalan tol. Suara air hujan menderu keras sekali di atas atap. Orang-orang sudah mulai menampakkan kantuk, dan sepertinya suasana menjadi begitu sepi. Uh, begitu romantis. Kalau saja Mei di sampingku, pasti kepalanya sudah bersandar di bahuku, dan tangannya memeluk lenganku. Kalau saja ....

Aku memandang ke samping. Ibu itu kini sedang sibuk memberikan makan kepada anaknya. Si bapak sedang sibuk dengan PDAnya. Tipikal keluarga Jakarta, berumur di akhir 30an dan baru saja mempunyai anak. Tampaknya keluarga berada. Tapi ngapain naik bis ya? Ah, peduli amat. 

Aku kembali menutup mataku. Hari berangsur gelap. 

"Pengumuman, bapak ibu. Mohon maaf bahwa ada kerusakan teknis yang menyebabkan lampu tidur tidak dapat menyala," kata kenek bus itu mengagetkan aku.

"huuuuu," para penumpang menyahut serentak. Sip. aku paling tidak suka lampu tidur yang remang remang. Aku paling suka gelap. Tidurku pasti nyenyak malam ini. Perjalanan yang panjang menuju Yogyakarta. 

------------

Aku melirik jamku. Jam 9 malam. Semua orang tampaknya sudah terlelap. Tidak terkecuali ibu dan anak di sampingku. Bus tadi baru saja berhenti di tempat makan. Orang-orang makan malam dan ke belakang. Pasti mereka kekenyangan, dan acara yang paling menyenangkan setelah makan adalah tidur. Hujan masih turun, rintik-rintik. Aku melanjutkan tidurku.

Tidak berapa lama aku terlelap, aku merasakan kaki anak di sebelahku menyentuh kakiku. Sialan. Itu berarti sepatu anak itu kena celanaku. Aku menggeser-geserkan kakiku agar kaki anak itu tidak menekan celanaku. Tentu saja dengan mata terpejam. Tidak disangka, kaki itu balas menggesek. Eee, kurang ajar. Aku segera membuka mataku untuk menegur orang tuanya. Aku terkejut.

Ternyata itu bukan kaki anak kecil. Itu kaki orang dewasa. Kaki ibu itu. Si anak ternyata sudah tidak ada di pangkuan dia. Kemungkinan ada di pangkuan si bapak. Aku segera menutup mataku, pura-pura tidur. Perasaanku mengatakan ada sesuatu yang lain yang akan terjadi. Aku kembali menggesekkan kakiku, menunggu responsnya. Dan ibu itu balas menggesek. Aku sedikit membuka mataku. Kilatan cahaya dari luar bus memberikan sedikit penglihatan mengenai ibu di sampingku. Matanya juga terpejam ternyata.


Tiba-tiba ibu itu menggeser sedikit tubuhnya. Ya, kearahku. Kami berdua menjadi duduk berdempetan. Sisi samping kananku menempel pada bagian kiri tubuhnya. Harum rambut dan parfumnya mulai merasuki hidungku. Aku mulai terangsang. 

Aku mencoba untuk lebih berani. Tubuhku aku condongkan sedikit ke depan, dan kemudian aku bergeser ke arahnya. Sehingga posisi saat itu, lenganku tepat di depan dadanya. Tubuh itu diam saja. Lenganku kemudian ku tekan sedikit ke belakang, sehingga aku bisa merasakan sesuatu yang begitu empuk. Ya, payudaranya. Payudaranya besar. Aku bisa merasakan volumenya ketika lenganku menggeseknya. Dan sangat empuk. Sikuku kemudian membuat gerakan melingkar di dadanya. Pelan sekali, sikuku bergerak. Aku tidak mau membuat ia berpikir macam-macam dan kemudian menamparku.

Tubuh itu diam saja. Kulirik matanya. masih terpejam. Tapi aku mendengar dia menghela napas. Jadi ia terangsang. Aku? sangat terangsang. Aku merasakan dadaku berdentum-dentum. Kepalaku berputar-putar karena aliran darah yang sangat cepat ke otakku. Aku bisa mendengar degup jantungku di telingaku sendiri. Aku akan melakukan dosa. 4 hari sebelum pernikahanku. Sepanjang sejarah hidupku. Tapi perasaan itu, nafsu itu, benar-benar membuat aku tidak tahan .....

lenganku terdiam sebentar dari kegiatan menggesek dadanya. Yang lebih mengejutkan lagi, tangan ibu itu mulai mengelus pahaku. ya, pahaku yang dibalut celana panjang kain warna coklat. Tangannya sangat perlahan mengelus kakiku dari mulai pangkal paha sampai atas lutut. Aku gemetar. Sangat gemetar. Aku tidak tahan ...... 

Sekarang posisiku berubah. Aku membuka tas dan mengambil sweater. Aku sudah memakai jaket tentu saja, karena aku tidur di bawah AC. tapi sweater tadi untuk maksud lain. Sweater tadi kemudian aku tutupkan di atas dadaku, dan kemudian tanganku kulipat. Apabila dililhat dari jauh, seperti orang yang tangannya kedinginan karena AC. Tapi bukan itu alasannya. Aku beringsut lagi mendekati tubuhnya. Tangan ibu itu masih mengelus pahaku. Kami berpandangan sebentar. Lucunya, setelah itu kami berdua kembali bersender pada tempat duduk kami dengan mata terpejam. Tanganku mulai beraksi. Tangan kiriku yang tadi dilipat mulai bergerak ke arah dadanya. Sangat pelan. Tangan itu mulai menyusuri bukit indah yang tertutup kain, mulai dari tepi. Aku sangat menghayati momen itu. Pelan-pelan kuelus bukit indah itu, dari tepi ke kanan. Sedikit ku remas, tapi tidak banyak. Aku tidak mau menyakiti bukit indah itu. Sungguh, ibu itu mempunyai dada yang sempurna. Besar, dan sangat kenyal. Aku merasakan bahwa dia memakai BH yang berenda. Aku membayangkan bentuknya. Mungkin warnanya hitam. Atau merah. Dan rendanya sedikit tembus pandang. Mungkin cupnya cuma setengah. Mungkin cupnya tidak bisa menahan volume payudara sebesar itu. Oooh, aku semakin terangsang. 


Ibu itu mengenakan baju jeans terusan dengan bawahan rok dengan kancing dari dada sampai di lutut. Kain jeansnya untungnya kain yang lemas, sehingga aku bisa merasakan tekstur renda BHnya. Sangat merangsang. Aku melirik sedikit ke arah dia. Dia masih terus mengelus pahaku. Aku tidak sabar. Tangan kananku yang nganggur kemudian memimpin tangannya ke penisku yang sudah tegang. Aha, dia mengerti. Kemudian dia berlanjut mengelus kontur penisku dengan jari telunjuk dan jempolnya yang tercetak jelas di dalam celanaku. OOoh, mantab. 

"Besar .....," desisnya. Matanya tetap terpejam. Mataku juga. 

Aku melanjutkan kenakalanku. Kali ini, dua kancing tepat di depan dada besar itu aku buka. Dengan susah payah. Pernah membayangkan membuka kancing-kancing besar pada kain jeans? Yup, susah sekali. Akhirnya dia turun tangan. Tangannya kanannya membantuku membukanya. 

Tanganku kemudian masuk pelahan ke dalam bajunya, untuk merasakan keindahan payudara di baliknya. Bayanganku memang menjadi kenyataan. BH setengah cukup yang terlalu kecil, dengan renda yang sangat merangsang. Aku suka sekali renda, terutama apabila renda itu ada di tempat yang tepat. BH dan celana dalam. Aku kembali mengelus dadanya. SEkarang aku sedikit meremasnya. Sensasinya benar-benar luar biasa. Dia mendesis. Kepalaku berdentum-dentum. Jantungku berdebar sangat keras. 

"Buka," bisikku lirih. Mungkin tidak terdengar. Tapi aku tidak mau mengambil resiko terdengar. Apalagi oleh suaminya yang hanya duduk 50 cm di seberangnya. Ternyata dia mendengar. Dia berhenti mengelus penisku, membungkukkan sedikit badannya, dan kemudian berusaha melepas kait BHnya di belakang. Agak lama dia membukanya. Selagi dia membuka BHnya, pelahan aku menarik ritsleting celanaku ke bawah. Pelaaan sekali. Setelah itu, aku memelorotkan celana dalamku. Tidak melorot sih sebenarnya. Cuman mengaitkan kolornya ke bagian bawah penisku. Tidak nyaman memang. Tapi sekarang penisku bisa bebas mengacung menunjuk langit. Menanti elusannya. 

Sepertinya kait BHnya sudah lepas. Tangan dia sepertinya cerdas, kembali mencari sasarannya yang tadi lepas. Dan dia tidak kaget, kali ini penisku sudah tegak menjulang, keluar dari celana. Kemudian dia seperti terkejut dan kemudian menarik tangannya dan kemudian melipatnya di depan dada. Pura-pura tidur, sambil menutupi dua kancing dadanya yang sudah terbuka lebar. 

Sial. ada orang mau ke toilet. dia berjalan melangkah dari depan. Untung aku ada sweater yang bisa menutupi si "burung" nakal. Aah, seorang wanita. Bakalan lama nih. Jantungku berdegup keras. 

Lama sekali orang itu di toilet. Aku mulai tidak sabar. Penisku sudah mulai menyusut. ya iyalah, baru juga pemanasan. Kepotong deh. ....

Akhirnya wanita itu lewat juga di di samping kami. Uuuh, lega. Tangan ibu itu mulai duluan, menyusup di bawah sweater, mencari "adikku" yang mulai tegang lagi. hmmm. Tangannya sungguh mulus, dan sentuhannya, benar-benar nikmat. Dia tahu betul cara merangsang penis dengan sentuhan. Sentuhan itu ringan, seperti melayang. Dia tidak meremas, atau menggosok terlalu keras. semuanya serba ringan dan melayang. Dan itu membuatku melayang. 

Tanganku juga tidak mau kalah, seperti mempunyai mata sendiri yang bergerak mencari sasarannya. Si bukit kembar yang kenyal. Dan tangan itu menemukan sasarannya. Dada itu benar-benar lembut. Mulus tak bercela. Aku meresapi setiap jengkal usapan tanganku di dadanya. Meremas pangkal dadanya. Memilin putingnya. Putingnya. Putingnya runcing, ukurannya luar biasa, sepanjang buku jari telunjukku. Dan keras. Sangat keras. Sperti penis kecil. Aku memilinnya. lagi. Dan dia mendesis.

"jangan keras-keras," bisiknya sangat lirih. AKu mengerti. Aku meremas, memilin, mengelus tanpa henti. Benar-benar nikmat. 


Tapi tetap ada yang kurang. Kami berdua tidak terpuaskan. Penisku tetap tegang luar biasa. Dan rasanya mulai sakit sekarang. berdenyut-denyut ga karuan. Tangannya masih tetap mengelus penisku, tapi sungguh, tangan itu tidak mampu membuat aku nikmat terus-menerus. Dia mengerti hal itu. 

"Ke bawah ....," bisiknya sambil mengarahkan tanganku yang tadi ada di dadanya ke arah bawah. Aku langsung tanggap. Tanganku berubah posisi, mengelus pahanya yang tertutup kain jeans. Tidak berasa memang. Tapi dari gerakan tubuhnya aku tahu, dia sangat terangsang. Dia berulangkali menggerakkan tubuhnya, seolah menikmati betul elusan tanganku di pahanya. Pelan-pelan aku naik sedikit ke atas, tepat di gundukan di bawah pusar itu. Dia menahan tanganku.

"Jangan ... "

Aku nekat.

"Jangan ..." Ok. Aku turuti. Aku kembali mengelus pahanya. Kali ini tanganku lebih berani. Kupegang ujung roknya dan kunaikkan sedikit ke atas. Dia tidak menolak. Aku kembali mengelus pahanya. Hhhm, sungguh mulus. Benar-benar mulus. Aku merasakan bulu-bulu halus di telapak tanganku. Dia terengah-engah. Tangannya sejak dari tadi berhenti mengelus penisku. Tak apa. lebih baik begitu daripada menyiksa "adikku" yang sudah tegang luar biasa. 

Aku tiba-tiba menghentikan elusanku dan menarik tanganku. Kemudian memandang ke arah dia. Matanya bertanya. Menanyakan mengapa aku menghentikan itu. 

"Aku mau itu," bisikku mendekat di telinganya, sambil menunjuk ke arah gundukan tempat vaginanya berada. 

Dia menggeleng. Aku kemudian berpura-pura tidur. Memejamkan mata. 

Lama sekali. Mungkin 5 menit, mungkin kurang dari itu. Tangannya menarik tanganku dan mengarahkannya ke tempat yang aku inginkan. Hehehehe, aku menang. Dia tidak tahan. Tanganku sudah berada tepat di atas gundukan itu. Dia membuka kancing bajunya tepat di area itu. Tanganku bergerak mencari celana dalamnya. Dapat. 

Jelas, ini sutra. Atau Satin? aku tidak peduli. bahan kain celana dalamnya halus sekali. aku merabanya. memastikan. Terus ke bawah, dan kutemukan apa yang kucari. Sesuatu itu sudah basah. Pasti basah, karena aku merasakannya dengan tanganku. Tanganku berhenti di situ. Merasakan bentuknya. Sedikit bergelombang. Aku merasakan lipatan vertikal. Bulu-bulu halus di sekitarnya. Cukup tebal. dan sangat basah. Aku tersenyum kembali. Penuh kemenangan. Jari tengahku kemudian mengelus lipatan basah itu. Pelan, tapi sedikit menekan. Dia mendesis. Oh tidak. Dia melenguh. Tetap memejamkan matanya.

Aku makin berani. Celana itu aku pegang elastisnya. dan aku turunkan ke bawah. Dia memegang tanganku. Aku tetap berkeras. Dia menyerah.

Kembali jari tengahku mencari tempat tadi. Jari itu mencari sumber kenikmatan seorang wanita. Sebuah penis kecil yang sudah amat basah. Aku menggoyangnya pelan dengan jariku. Kemudian mengelusnya. Kemudian menekannya. Tubuhnya menegang.

Aku kembali mengelusnya. Pelan dan sedikit menekan. Pelan dan sedikit menekan. Tempat itu terasa lebih basah daripada sebelumnya. Jariku masuk lebih ke dalam. Merasakan lipatan lain di dalam yang sangat basah. Benar-benar basah. Rongga itu seperti tidak berujung. Kemudian jariku kugerakkan. ke dalam dan ke luar. Berulangkali. 

Aha, aku merasakan jariku seperti tersedot ke dalam. Ada sesuatu yang mencengkeram. Dan rasa itu kembali membuatku terangsang. Aku terus menggerakkan jariku. Semakin cepat. Tiba-tiba jariku seperti ditumpahi cairan hangat. kental. Dia terengah-engah. Tubuhnya menegang. Kali ini cukup lama. Aku terus menggerakkan jariku. Dia kemudian menahan tanganku. Aku menurut. Aku memandangnya. 

Matanya terpejam. Seperti menghayati sesuatu. Mungkin orgasme. Dadanya naik turun, terengah-engah seperti habis lari kencang. Kancing masih terbuka. 

"Apa kau ..?"
"Ya ... . Luar biasa ...," bisiknya, memandang kepadaku. Oooh, senyumnya manis sekali. Matanya yang bulat besar memantulkan kilatan cahaya neon di luar bus. 

Dia memandang ke bawah tubuhku. 
"Kasihan ya,..." senyumnya menunjuk ke "adikku". Ya iyalah. "adikku" tidur nyenyak sementara dia sendiri terpuaskan. Paling tidak dengan jariku.

"ga papa ..."
Kami berdua terdiam. Menghayati momen-momen gila tadi. Kedua mata terpejam. Hawa dingin AC menyergap. Aku melirik jamku. 2 dinihari. Dan kemudian bus berhenti. cukup lama. Orang-orang sepertinya tidak peduli. tetap mereka tertidur nyenyak, padahal AC mati. 

Aku memandang "partner"ku. Matanya terpejam. Bajunya sudah dikancingkan. Lengkap. Aku pun bergerak membetulkan celanaku.

"Jangan ....," katanya sambil menahan tanganku yang hendak menarik ritsleting. Oh, dia ternyata melirikku. Ok. Aku menurut. Aku ingin tahu apa yang ingin dia lakukan. Aku hanya menutupnya kembali dengan sweater. Temperatur udara dalam bis mulai panas. Keringatku mulai menetes dari kening. 

Akhirnya bus berjalan. AC mulai berhembus lagi. Sejuk. Aku memejamkan mata lagi.

"Buka matamu, awasin ...."

Aku tidak mengerti. aku membuka mataku. Tiba-tiba dia membungkuk. 

Gilaaaa. Aku merasakan bibir mungilnya menyentuh kepala "adikku". Ringan sekali. Aku mengerti maksudnya. Mengawasi sekeliling supaya tidak ada seseorang pun memergoki aksi gila ini. Penisku mulai hidup lagi. Gila mungkin, tapi aduuuh, memang nikmat. Kurasakan bibirnya mulai menciumi kepala penisku. Ohh, bibirnya mulai membuka dan memasukkan kepala penisku ke mulutnya. Penisku mulai masuk ke dalam mulutnya. Dan pelan-pelan mulut itu mulai menghisap. Adduh, sakit.

"Jangan keras-keras ...," aku berbisik sambil membelai rambutnya. Membelai rambutnya? iya, seperti layaknya pacar saja. Dia kembali melanjutkan kulumannya. Kali ini pelan-pelan. Naik turun. Naik turun. Nikmat tak terkira. 

Tampaknya dia sudah sering melakukan ini. Mulutnya bagaikan sebuah mesin handal perangsang penis. Setelah selesai menghisap, dia berhenti sebentar, dan kemudian menjilat bagian bawah kepala penisku. Tidak cuma menjilat, lidahnya juga bergetar ketika bergerak menyusuri daging itu. 

"Ooohhh ..," kali ini aku terpaksa harus melenguh. Ini nikmat sekali. Dia tahu sekali kelemahan "adikku". Bagian itu kemudian digigitnya dengan bibirnya. Siall, makin nikmat. Lagi-lagi digigitnya dengan bibirnya. Kalau begini terus, aku pasti tak tahan. Gelliiii. 

Kemudian mulutnya kembali mengulum. Naik turun. Yang aku heran, penisku bisa masuk semua ke mulutnya. Wooa, sensasinya benar-benar luar biasa. Telaten sekali dia. Mulutnya kemudian berpindah ke .... bolaku. Menciumnya sebentar, kiri dan kanan, dan kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya. Ohhhh..... . Ketika mengulum bolaku, kurasakan lidahnya menari-nari di dalam mulutnya. 

Aku yang ga telaten. Kurasakan nikmatku semakin memuncak. Tidak tahan lagiiiiiiiii .....

"Aku mau ...."

Mulutnya berpindah ke kepala penisku. Mengulumnya lagi. naik turun. Tangannya mengocok pangkal penisku. Pelan tapi erat. 

"Aaaahhhhh ..." 

Ujung penisku berkedut. Sekali. Kurasakan aliran sperma ke mulutnya. Dua kali. Tiga kali. Empat kali. Selama itu pula mulutnya tetap mencengkeram kepala penisku. Aku ejakulasi. Di dalam mulut seorang ibu. Orang asing. Aku bahkan tidak tahu namanya. 

Dia memandangku. Tatapan itu ....

"Makasih ....," hanya itu yang terlontar dari mulutku. Dia bangkit, kemudian tersenyum kepadaku. Sekilas kulihat bekas sperma di pinggir bibirnya. Aku mengangkat tanganku, membersihkannya. 

Kami berdua terpejam. 


Pagi menjelang. Orang-orang sudah sibuk ngobrol. Isi bus kembali ramai. Aku? masih terlelap. Atau pura-pura? Setelah kejadian malam tadi, aku sama sekali tidak berani untuk menatap ibu di sampingku. Bahkan mengajak bicara pun tidak berani. Kurasa dia juga begitu. Kudengar dia sibuk dengan anaknya, sambil bicara dengan suaminya seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa antara aku dan dia. Sepanjang jalan ku membuang muka, menatap pemandangan di luar jendela bus. 

Pesta bujanganku kurasa. 

Pukul 6.30. Orang-orang sudah mulai turun bus. Sudah sampai Sedayu. Berarti sebentar lagi masuk kota. Keluarga di sampingku bangkit. Oh, mereka mau turun.

"Mas, duluan, mas ...," kata suaminya ramah, ditimpali ibu itu. Aku terpaksa menoleh ke arah mereka. Baru kusadari sekarang. Ibu itu sangat manis. Aku merasa berterimakasih padanya. 

"Oiya, monggo monggo," sahutku.

Mereka turun dari bus. Bus semakin sepi mendekati terminal Giwangan. Ada secarik kertas kecil di bekas tempat duduk ibu tadi. Aku memungutnya. Penasaran. ternyata di kertas itu tertulis nama ibu dan no telepon y...wah ada kesempatan lagi ni he..he2..

Cerita Dewasa - Counter Fast food

Satu malem aku nonton ndirian, tentang kiamat yang lagi heboh itu. bubaran filmnya, aku mampir ke satu resto fast food yang buka 24 jam, wah penuh deh ma orang2 yang idupnya malem, abege, tante2, dan sebangsanyalah. Karena laper aku pesen roti burger dan kopi panas. Saat itu dah ampir tengah malem, maklum deh aku nonton show yang terakhir. Di counter aku dilayani ma cewek, manis banget deh, toketnya lumayan menonjol dibalik seragamnya. Di dadanya ada name tagnya, terbaca namanya Mita. aku gangguin ketika pesen kopi, dia nanya, "pake susu gak om". "Pake susunya Mita bole gak ". "enak aja si om" sembari tertawa geli. "Ya enaklah kalo dikasi Mita". Dia cuma tersenyum. Aku menikmati roti dan kopi dipojokan. Gak lama aku duduk dipojokan itu, Mita menghampiriku membawa peralatan pembersih meja. Dia membersihkan meja yang berada disebelahku. Ruangan tempat aku duduk itu berupa lorong sehingga meja disusun jejer berdua, masing2 sisi menempel ke tembok sehingga ada space diantara 2 meja untuk lalulalang. Karena seragamnya yang mini, waktu Mita membungkuk diatas meja untuk menjangkau sisi meja yang menempel ketembok, roknya sangat terangkat sehingga aku bisa melihat pantatnya. Gak kelihatan cd, mungkin dia pake g string. Selesai membersihkan meja, dia beralih ke meja didepanku. Mejaku enggak karena masi ada aku duduk disitu. "Kok malem2 gini bebersih meja sih". "Itu prosedurnya om kalo mo ganti shift". "O abis ini kamu pulang". "Iya om, shift ketiga dah standby, jadi kita shift dua kudu membersihkan semua meja. Memang dimeja lain yang gak didduduki tamu tampak cewek dengan rok mininya membersihkan meja, pemandangan indah melihat pantat cewek2 itu. "Mit, kamu gak pake cd ya", kataku to the point. "enak aja, pakelah om, mo liat". "Ya kalo mo liat cd nya kamu ya gak disini lah". "Bole dimana ja om mau". "Bener nih". "siapa takut". "Ya udah, aku tunggu sampe kamu selesai jam kerjanya". Mita berlalu sambil tersenyum. Rupanya resto fast food 24 jam ini bener kata orang, banyak berkumpul prempuan2 bispak, sehingga banyak lelaki yang datang ekseini bukan untuk ngopi atawa makan burger tapi untuk berburu bispak. Gak taunya cewek counternya bispak juga. Gak apa sih, Mita cukup menggugak hasratku untuk menggelutinya malem ini. 

Selesai kerja, Mita mengenakan pakeannya yang bukan seragam, biasalah jins ketat dan tanktop ketat juga yang menonjolkan lekak lekuk bodinya yang semlohai. Kamu cantik ya Mit, montok lagi". "Ah si om bisa aja, temen2 Mita juga seksi semuanya". "Kamu suka jalan ma tamu ya Mit". "Kalo Mita suka ma tamunya dan tamunya ngajak ya Mita mau juga". "Wah berarti kamu suka ma aku dong ya. Biasanya jalan kemana Mit". "Karena dah tengah malem gini ya cek in ke hotel lah, kemana lagi". "asik dong, brapa ronde maennya". "Sukanya sih sampe pagi, 2-3 ronde gitu deh". "Nikmat dong kamu". "Ya nikmatlah om, kalo enggak nikmat ngapain juga dilakuin. Om ngelakuin juga karena pengen nikmat kan". "Yoi", jawabku. Mobil meluncur ke kediamanku. "Kamu masi sekolah Mit". "Gak om, gak ada biaya, abis Smu ya Mita kerjalah disitu. Abis kerjaannya gampang, gak perlu keterampilan khusus". Mangnya gak di train dulu sebelum kerja". "Ditrain sih om sebulan, mulai dari bersihin wc dan dapur, bersihin piring, bersihin prabot masak, masak burger dan nyiapin pesanan tamu, sampe ngelayani tamu di counter". "Terus kamu milih di counter ya, supaya bisa jalan ma tamu". "Si om, bisa aja. Mita salah mulu kalo nyediain pesanan, palagi masak burgernya, makanya kerjaan Mita ya cuci piring dan ngelayanin tamu". "Baiknya kamu gak didapur ya Mit". "Napa om". "Kalo kamu didapur aku gak bisa ketemu kamu dong". "Iya ya, kita mo kemana ni om". "Kerumahku ya". "Kerumah, mangnya om gak takut ma yang dirumah". "Yang dirumahku ya cuma aku, bentar lagi ma kamu". "O tinggal sendiri toh, mau gak Mita temenin". "Bener nih Mita mo nemenin aku", agresif banget ni cewek pikirku. "Mau om, mita suka kok liat om, om tipenya Mita banget". "Mangnya tipenya Mita kaya apa". "Ya kaya om lah, ganteng, umur gak abege, atletis lagi badannya. Suka fitness ya om". "Ya sekali2". "Yang duakali2 diranjang ya om". "Kok duakali2?" "Ya sekalinya kan di fitness center, duakalinya ya di ranjang, tul gak". "Tul skale, pinter kamu, kamu kan fitnes nya juga diranjang kan, 3 ronde maen kan cape juga kaya ikutan fitnes". "Cape sih om, palagi kalo bisa trus2an". "wah kuat banget bisa trus2an". "Ada juga sih om, tapi gak banyak, umumnya abis keluar ya istirohat dulu, napsu lagi baru maen lagi". "Iya, jadi kamunya bisa istirohat juga". 

Kita dah sampe ke rumahku. aku membuka pintu pager dan pintu garsi, mobil masuk langsung ke garasi. Aku menutup pintu pager dan pintu garasi, Mita kugandeng masuk ke rumah lewat pintu penghubung anatar garasi dan dapur. "wah rumah om asik ya, minimalis banget. Karena aku tinggal sendiri maka rumahku gak besar, ada ruang tamu, ruang makan yang menyatu dengan ruang keluarga, dapur, tempat cuci pakean ada dihalaman belakang. Halaman belakang didisain agak luas, ada saung dipojok tembok halaman. "Tu saung buat apa om". "Ya buat maen lah Mit, asik kan diudara terbuka". Mita kugandeng menuju ke saung. Disaung ada matrasnya, lampu kunyalakan, redup jadi suasananya temaram. Kelambu yang ada di 3 sisi saung kulepas sehingga bisa menangkal nyamuk mengganggu, masih kutambahi juga dengan obat nyamuk yang harum. Aku menyalakan lilin aroma terapi untuk menambah romantisnya suasana. "wah om romantis amir". "Kok amir Mit". "Iya om, amat lagi cuti, yang ada amir". "Bisa ja kamu". Aku mengajak Mita duduk di matras, aku masuk lagi kerumah mengambil minuman kaleng cukup banyak". "Banyak banget om minumannya". "Kali nanti aus, daripada mondar mandir". 

Mita berbaring di matras, aku disebelahnya. Kelambu yang menutupi bagian depan saung kuturunkan juga. Aku menelungkup sedang Mita telentang. "Mit, kamu cantik ya, suka aku ngeliat kamu". "Makanya om, mau gak Mita temenin tinggal disini". Aku hanya tersenyum, pelan tapi pasti bibirnya kukecup. Mita kaget karena tindakanku itu, tapi dia segera merangkul leherku dan menyambut ciumanku. Cukup lama kami berciuman, aku mulai meraba toketnya, kuremas pelan. Mita melenguh, "om..." rupanya dia mulai terbakar juga. aku meremas toketnya dengan gemas, bergantian yang kiri dan kanan, sementara itu ciuman masih terus kulakukan. "Om...." Mita makin melenguh. "Mit, buka ya pakean kamu". "Bukain dong", jawabnya manja. 

Tanktopnya kulepas, tersembullah toketnya yanmg montok dibalik branya yang kayanya kekecilan sehingga gak bisa meanampung seluruh toketnya, pentilnya yang besar menonjol dari balik branya. Segera pentilnya kumainkan dengan jari, "Om, diemut dong pentil Mita". Pentilnya segera kujilati sambil terus meremas toketnya. Karena branya mengganggu usahaku utnuk mengemut pentilnya, segera kaitannya dipunggungnya kulepas sehingga terbebaslah toket montoknya dari branya. Pentilnya yang kecoklatan sudah mengeras, pertanda Mita juga sudah napsu. Kembali pentilnya kujilati dan kemudian kuemut pelan. "Om....", lenguh Mita lagi. Toketnya terus kuremas gemas, kemudian tanganku menjalar kebawah, memainkan pusernya. Dia menggeliat kegelian, "Om, geli..." Tanganku terus saja menjelajah kebawah, kancing jinsnya kulepas, ritsluitingnya kuturunkan. 

Tanganku menyusup kebalik cdnya, jembutnya lumayan lebat, teraba oleh jariku. Karena jinsnya ketat, jariku gak bisa menyusup sampe ke ke area nonoknya. Aku bangkit, kulorotkan jinsnya, Mita menganghkat pantatnya supaya aku mudah melepaskan jinsnya. Tinggallah gstring yang menutupi nonoknya, bener dugaanku. "Om dingin", lenguhnya lagi. "Wah kamu cuma pake g string napsuin banget deh Mit. "Kalo dah napsuin kok om masi pakean lengkap". Aku segera melepas pakeanku juga. Mita membelalak melihat kontolku yang kepalanya nongol dari atas cdku yang minim. "Ih, kon tol om gede ya, panjang lagi". "Mangnya kamu belon pernah liat yang gede". "Yang gede si sering, tapi kon tol om gede banget, wah sampe pagi ni ya om". "Iya sayang, sampe kamu terkapar". "wah nikmatnya, Mita dah pengen ngerasain dimasukin kon tol gede panjang kaya om punya deh". 

Aku mulai lagi merangsang Mita, Mita mengangkangkan pahanya ketika jariku mulai mengelus selangkangannya. Gstringnya dah basah, kayanya lendir nonoknya Mita dan banjir nih, dah siap banget buat dientot. Jariku nyelip kebalik g stringnya, mulai mengakses nonoknya. Terasa lendir yang membasahi nonoknya, jariku terus menyusup menjelajahi permukaan nonoknya sampe menemukan itilnya. Segera itilnya kuelus2 dengan jari, ini membuat Mita menggeliat2 saking napsunya, "Om, Mita dah pengen dimasukin om". Aku gak perduli dengan lenguhannya, aku terus saja mengilik2 itilnya sehingga Mita makin menggelinjang gak karuan. 

Setelah beberapa lama, kulepas gstringnya, jembutnya yang lebat melingkari daerah nonoknya, berbentuk segi3. aku menelungkup diselangkangannya dan mulai menjilati itilnya. Mita makin gak karuan ketika itilnya kuemut2. Gerakannya sangat liar, pertanda napsunya sudah sangat memuncak. "Om, ayo dong dimasukin, Mita dah gak tahan nih, om jahat deh, maenin Mita kaya gini". lenguhnya sembari terus menggeliat2. kontolku terasa keras sekali, sudah siap untuk mengaduk2 no nok Mita. Cdku kulepaskan. "Om dah napsu ya", masih bisa juga dia menggodaku. "Siapa yang gak napsu ngeliat kamu yang merangsang kayak gini", jawabku sambil kembali meremas toketnya. pentilnya kuplintir2 juga. 

Dia berbaring telentang. Paha dikangkangkannya sehingga nonoknya yang berwarna merah kehitaman merekah mengundang kontolku untuk segera memasukinya. Aku mengurut kontolku yang sudah ngaceng berat sambil sambil meraba dan meremasi toketnya yang sudah mengencang itu. Dia menjadi makin bernapsu ketika aku kembali meraba nonoknya dan mengilik itilnya. Dia meraih kontolku dan dikocok pelan. "Om geli, enak", erangnya sambil mempercepat kocokan pada kontolku. Kuremasi toketnya sambil mengilik itilnya. nonoknya sudah makin kuyup saking napsunya. Dia meraih kontolku dan kuarahkan ke mulutnya. Dijilati seluruh kontolku dari ujung kepala sampai ke biji pelirnya, tak lupa dikulum sambil sesekali di sedot dengan kuat. "Ufffffff enak sekali Mit, terusin isapnya….isap yg kenceng", aku mendesah2. Karena dia sudah nafsu, dengan kuat disedotnya ujung kepala kontolku sambil sesekali menggunakan ujung lidahnya memainkan lubang kencingnya. Segera aku memposisikan diriku supaya bisa menjilati dan menghisap nonoknya yg sudah terbuka itu. Ketika aku kembali menjilati itilnya dia mengelinjang kenikmatan sambil kepalaku di kempit dengan kedua belah pahanya, agar aku lebih lama menjilati nonoknya. Dengan dua jari, jari tengah dan telunjuk kumasukkan ke dalam nonoknya dan kukocok dengan lembut hingga dia mengerang-erang keenakkan. kontolku digenggam erat sambil terus menghisap-isap ujung kontolku. Cukup lama kami saling isap dan jilat.

Kini aku yang telentang dan dia berada di antara ke dua pahaku. Dia mengisap dan menggigit kecil ujung kontolku hingga aku kelojotan merasakan geli yang luar biasa. Segera aja aku menarik kepalanya agar melepaskan kontolku dari mulutnya, dan kini dia kurebahkan kembali, lalu aku menghisap pentilnya sebelah kanan sambil pentil yg satunya kumainkan dengan jariku. Dia sangat menikmati permainan ini sambil tangannya mengilik sendiri itilnya. Dia mengangkangkan pahanya dengan lebar dan setengah diangkat agar lebih mudah memasukkan jarinya. "Om,,,,,ayo masukin k ontol om di n onok Mita dong….. Mita udah kepengen nihh.." pintanya sambil mengarahkan kontolku ke arah nonoknya. 
Dia yang sudah sangat kepengen, sengaja mengangkat pantatnya sehingga seluruh kontolku masuk ke dalam nonoknya. "Accchhhhhh…..", desahnya. Kedua pahanya dilingkarkan di badanku agar kontolku menancap di nonoknya. aku menarik kontolku sedikit keluar lalu kumasukkan dalam-dalam, kutarik lagi kumasukkan lagi dengan ritme yang berirama membuat dia mengerang-erang keenakkan, kini dengan ritme yg lebih cepat aku menekan sekuat tenaga hingga mulutnya menganga tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun karena nikmat yang dirasakannya, membuat dia hanya sanggup mengelinjang-gelinjang keenakan. toketnya bergerak naik turun seirama dengan kocokan kontolku di nonoknya. "Om……..aaccchhhhh……Mita pengen puass dulu ya" pintanya 

Tanpa menunggu jawabanku dia lalu berbalik sehingga berada di atas tubuhku, kontolku yang terlepas ketika kami berbalik badan dituntun ke nonoknya, lalu dengan jeritan kecil " Aauuu….." seluruh kontolku kini amblas masuk ke dalam nonoknya yg semakin licin itu. Kini dia sepenuhnya bebas menguasai kontolku, seperti orang naik kuda semakin lama semakin cepat gerakannya sambil tangannya meremas kedua toketnya sendiri. Kemudian dia brenti bergaya seperti naik kuda, tetapi tetap seperti posisi semula hanya kini dia menggesekkan nonoknya maju mundur sambil terus meremas sendiri toketnya hingga akhirnya dia mengejang-ngejang beberapa saat sambil menggigit bibir dan mata terpejam merasakan nikmat yang tiada tara itu, akhirnya dia terkulai di atas tubuhku beberapa saat.

Segera aku meminta agar dia nungging, posisi doggie style adalah posisi kegemaran ku, segera dia nungging sambil membuka lebar pahanya hingga aku dapat melihat dengan jelas nonoknya yang berjembut lebat. Kini kepala kontolku kuarahkannya ke nonoknya, dengan sekali dorong, masuklah sebagian kontolku ke dalam nonoknya. Dia menjerit kecil. Dia memundurkan pantatnya hingga amblaslah seluruh kontolku ke dalam nonoknya. Dengan kuat aku mendesakkan seluruh kontolku dengan irama yang beraturan hingga dia merasa kegelian lagi. Aku membasahi jari telunjukku dengan ludah dan kubasahi pula lubang pantatnya dengan air ludah. Sambil terus menggoyang kon tol, kumasukkan jari telunjukku ke pantatnya hingga seluruh jarinya masuk, sambil kutekan ke bawah hingga merasakan geseran kontolku di dalam nonoknya. Dia bisa menikmati permainan ini, berulangkali dia memintaku agar lebih keras lagi goyanganku sambil memaju mundurkan pantatnya. "uufffgggggghhhhhhhh….Enak Mit, nonokmu enak banget", erangku. Aku mempercepat kocokan kontolku sambil menekan kuat kuat jariku yg ada di pantatnya. Tak lama lagi, aku mengejang, "Mit aku mo ngecret", dan terasa semburan peju hangat di dalam nonoknya. kontolku berkedut menyemburkan peju berkali2. 

Kami berbaring dimatras yang cukup lebar untuk berdua cukup lama. "Kamu punya body bagus Mit", kataku sambil mencium pipinya perlahan. Karena dia masih diam saja maka wajahnya kupegang dan kucium bibirnya dengan perlahan. Dia membalas ciuman itu dengan membuka bibirnya, serta merta aku melumat bibirnya dan memasukkan lidahku. "Emmhh.." desahnya perlahan. "Kamu suka kan Mit maen ma aku", bisikku di kupingnya. Dia hanya mengangguk. tangan kirinya kuarahkan untuk memegang kontolku. Walaupun belum keras tapi sudah berdiri tegak, k ontol itu berikut biji pelernya yang ditutupi jembut lebat. Dia mulai memegang kontolku dan ternyata walaupun masih lemas jari telunjuk dan ibu jarinya tidak dapat bersentuhan (membuat bentuk huruf O). "Aakkhh gedee bangeet om.." desahnya dengan suara parau. Kemudian aku mencium telinganya sambil berbisik, "Kamu kocokin dong.." Dia menuruti permintaanku dan perlahan jarinya meremas dan mulai mengurut ke atas dan ke bawah, dan dalam relatif singkat kontolku tersebut ngaceng dengan kokohnya di tangannya. 
"Emmhh.. akhh.." desahku. Sementara dia terus mengocok kontolku, aku pun dengan nafsunya mengulum bibirnya dan langsung meremas toketnya yang telah mengeras. "Akhh enak om." desahnya menggelinjang. Bibirnya kulepas dan mulutku langsung mendekat ke dadanya sambil terus meremas perlahan. pentilnya kuhisap sambil kujilat, toketnya berganti-ganti kuremas sehingga, "Akhh.uuff.." erangnya keenakan. Wajahnya sudah menengadah ke atas dengan posisi pasrah, sementara tangan kirinya terus mengocok kontolku yang besar dengan makin cepat, kadang-kadang diremasnya k ontolku dengan kuat. "Ooohh..", desahnya, tangan kanannya menekan kepalaku ke dadanya sementara tangan kirinya sudah tidak beraturan mengocok k ontol besarku. 

"Kamu mulus sekali Mit.." bisikku sambil mengusap pahanya. "Ahh om.." dia mendesah dan menggelinjangkan pinggulnya sambil merenggangkan pahanya ketika jari-jariku mulai merayap perlahan, mengelus dan menekan sekitar atas nonoknya yang ditumbuhi jembut dan menyebarkan aroma yang khas. Kami sama-sama mendesah dan mengerang perlahan. "Emmhh.." desahnya sambil mengerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Jariku mulai menyentuh belahan nonoknya dan mengusap perlahan terus dari atas ke bawah. Belahan nonoknya sudah terlihat basah dan menjadi licin dan makin menyebarkan aroma yang membuat aku menjadi makin terangsang. Dia sudah melepaskan kontolku dan kedua tangannya terkulai lemas meremas kepalaku, kadang-kadang mengusap punggungku. tangan kiriku terus membelai belahan nonoknya, tangan kananku meremas toketnya, sementara itu mulutku menghisap pentilnya yang telah mengeras serta menjilati permukaan toketnya atau mengulum bibirnya. 

Kurang lebih 20 menit aku telah merangsang sekujur tubuhnya. Dia hanya tersenyum puas dan pasrah kuraba dan kuremas. aku pun menciumi seluruh tubuhku yang telah polos, bahkan sampai ke punggung pun aku ciumi dengan penuh gairah. Sungguh sensasi luar biasa. aku terus membelai belahan nonoknya tanpa berusaha memasukkan jari tengahku tersebut kedalam no oknya yang telah terpampang dengan pasrah. Sementara dia telah dalam posisi rebahan dengan kaki terbuka mengangkang. aku melihat dia sudah pasrah dan seluruh badannya bergetar menahan napsu yang berkobar2. 

Aku berlutut di depannya yang telah mengangkangkan kakinya sehingga posisi badanku sekarang telah berada di antara kedua kakinya yang mengangkang lebar dan nonoknya yang telah terlihat jelas telah basah. kontolku yang besar telah berada di depan permukaan nonoknya. aku mulai mengarahkan kontolku ke nonoknya yang telah terbuka sedikit akibat jari-jariku yang terus membelai belahan nonoknya. kontolku yang besar itu kutempelkan tepat di belahan nonoknya yang telah basah, secara perlahan menggeser di belahan nonoknya. "Oohh.. om.. enaakk.. " erangnya. "Teruss digesek dan ditekan om." pintanya. "Ya sayang.." kataku sambil mulai mempercepat gesekan di belahan nonoknya. "Tekan teruuss om.." erangnya yang makin lama semakin keenakan. "Enaakk..om.. puasin Mita lagi", desahnya dengan suara yang telah parau. Posisi kakinya telah mengangkang dengan lebar membuat aku lebih leluasa menggerakkan dan kadang mendorong kontolku ke depan hingga lebih menekan dan menggesek belahan nonoknya. Kulihat nonoknya telah terbelah bibirnya karena tekanan dan gesekan kontolku, kepala kontolku mulai secara beraturan menyentuh dan mendorong itilnya. "Aahh.. aduuhh..ennaakk", desahnya sementara tangannya telah berada di belakang punggungku dan sambil menekan pantatku. posisi kepala kontolku melewati itilnya, mencoba untuk terus menerobos liang nonoknya. Kepalanya sudah menengadah ke atas dengan mata terbelalak tinggal putihnya, sementara mulutnya terbuka mengerang. aku terus melanjutkan aksiku dengan posisi sama seperti sebelumnya. kepala kontolku terus kutekan ke nonoknya, tapi kutarik kembali, aku terus memajukan dan menarik pantatku dan makin lama semakin cepat . Kepala kontolku terus menekan itilnya berulang-ulang kadang masuk kadang di luar bibir nonoknya. "Akhh.. engg.. aakhh" dia mencengkeram pantatku kuat-kuat dan akibat sundulan kepala kontolku.

"Oohh..Mita..nyampe om.. uuff..aahh.. enaak.." erangnya kelonjotan dan bergetar seluruh badannya. aku merasakan siraman cairan hangat dari dalam nonoknya yang terus mengalir membasahi batang dan kepala kontolku, membuat kon tol itu menjadi mengkilap dan basah. "Kamuu..nyampe ya Mit..". "Eeennakk.. oohh Mita.. puaass", dia terus mengerang karena terus merasakan sundulan kepala kontoku di dalam nonoknya . Ternyata hanya sebatas leher kepala kontolku yang terbenam di dalam nonoknya dan terasa terus menggesek dinding nonoknya. "Teruss.. om.. tekan teruuss.. oohh.. benar enak.. ahh.." dia tersenyum puas melihat aku masih terus berusaha memberikan rangsangan di sekitar dinding nonoknya. "Kamu puass.. Mit. enak.. kan.." senyumku sambil menjilat bibirnya sendiri. "enak banget deh om, lebi nikmat dari yang pertama. Om pinter banget deh maenin it il dan no nok Mita, gak dimasukin ja Mita bisa nyampe lagi"."Biar kamuu.. lebih puaas Mit.." kataku sambil terus menghujamkan sepertiga kontolku ke dalam liang nonoknya. Terdengar bunyi, "Sleepp.. ahhkk.. brreet.." rupanya nonoknya terus semakin basah dan semakin licin untuk kontolku yang terjepit di nonoknya. nonoknya terasa masi sempit. 

Posisiku sudah menindih badannya. Sementara aku menaik-turunkan pantatku berirama. kontolku yang besar dan panjang itu sebagian telah keluar masuk di dalam nonoknya, sementara gerakannya makin lama semakin lincah karena nonoknya terus mengeluarkan cairan yang membuat kontolku terus dapat menerobos dinding nonoknya. 

"Aakkhh..eennak..ruuss..tekan..om... Mita mau k ontol gedee.. ahh enaaknya nge ntot ma om.." dia kelojotan dihujami kontolku walaupun belum semua kontolku masuk menembus nonoknya. Dia terus memberikan remasan dipantatku dan kadang menekan pantatku ke bawah. " n onok kamu masih sempit..sayang..oohh..nikmatnya.. n onok..kamuu.. enak.. adduuhh kontolku..dijepit..aah enak.. haa..mhh.. ennak..".aku terus menekan agar kontolku lebih masuk lagi ke dalam nonoknya. Setelah 2 sampai 3 kali menekan kontolku ke dalam, pada saat menekan terakhir pantatku memutar ke kiri dua kali dan ke kanan dua kali. 

Dia sudah tidak sempat lagi bergerak, posisinya hanya mengangkangkan kaki lebar-lebar dan tangannya hanya dapat memegang punggungku dan sekali menjambak rambutku. nafasnya tidak beraturan, yang ada hanya lenguhan dan lenguhan disertai erangan panjang. aku telah melakukan gerakan menghujamkan nonoknya yang sempit dan basah. Terlihat bibir nonoknya tertarik keluar dan terdorong masuk mengikuti gerakan kontolku. Tiga puluh menit sudah lewat, keringat telah membasahi badan kami berdua.

"Kamuu berbalik." aku menarik kon tolku, terdengar bunyi "Plooff.." dan dia mengambil posisi menungging. Bibir nonoknya dengan jelas telah terbuka sehingga terlihat cairan di pinggirannya. aku mengambil posisi tepat di belakang pantatnya. Setelah lima kali meremas bongkahan pantatnya dengan penuh nafsu, sedikit demi sedikit aku mulai menempelkan kepala kontolku dibelahan nonoknya dan terus menggesekkan kepala k ontol tersebut ke atas dan ke bawah belahan nonoknya. "Aahh.. ennaak.. om.." desahnya terpejam. "Nikmatnya k ontol om..enak..Masukin om.. Mita mau nge ntot.. yang enak..aahhk", dengan sedikit hentakan kepala kontolku mulai menerobos nonoknya. Perlahan aku melakukan gerakan maju mundur dan makin lama semakin cepat. kontolku sebagian sudah tenggelam di dalam nonoknya. "Ahhk.. uuff..enaak..oohhkk.. yaa.. teruus.. haak!" dia mengeram dengan nafas yang memburu, begitu juga aku. aku memegang pinggulnya sambil mendorong kontolku yang menghujam semakin dalam dinonoknya. "Hee.. aakhh.. okh.." nafas nya memburu dengan cepat sementara gerakan kontolku di dalam nonoknya terus keluar masuk dan kadang berputar seperti mengebor nonoknya. "Akhh..eennak.. giila..aduh....k ontol om mentook..mmffhh.. yaa terus.." erangnya. "Mita.. enak.. gilaa.. masuk..semuaa..mmffhh...." aku terus menghujamkan kontolku dalam-dalam ke nonoknya. Sementara dia hanya bisa mengerang dan menjerit ketika kepala kontolku mentok di dinding rahimku. "Mita keluarr lagi..aku.. aahk enak.." erangnya terpejam.

Telah 20 menit aku memainkan kontolku di dalam nonoknya, keringatku telah menetes ke punggungnya. Dia benar-benar sudah lemas dan tidak bertenaga lagi. Kepalanya sudah rebah ke matras, sementara tangannya terkulai lemas, rambut telah basah semua dan badannya telah bermandikan keringat. "Aahk om, Mita.. lemes.. gila.. keluarin om.." pintanya memelas. "Yaa.. akh yak.. duh.. Mit.. aku keluarin.. huu.. enaak n onok kamu.. aku mau keluarr.. gila! Enaak.. aku mau keluaar.. aahh.. hak.. uuff.. oohk.. kamu hebat Mit.." aku melakukan gerakan sangat cepat menghentakkan kontolku sampai berbunyi, "Cepaak.. cepakk.." supaya kontolku masuk lebih dalam. Dia melakukan gerakan liar memutar dan memijat kontolku dengan nonoknya. "Mita juga.. mau keluar.. ahh.. lagi.. om". "Gila.. aahh.. aku juga..keluaar.. haa.. nak.." Kami berdua nyampe bareng, terasa sekali semburan keras pejuku yang hangat dinonoknya. aku tersenyum puas sambil meremas toketnya dan mencium bibirnya. Dia telah terkulai lemas di matras. aku tetap dalam posisi memeluknya dari belakang sementara kontolku yang sudah mengeluarkan peju masih berada di dalam nonoknya, sampe menyusut mengecil dan terlepas. Lemas sekali, tapi nikmat.

Cerita Dewasa - Joki 3 in 1

Satu hari aku mengendarai mobilku memasuki daerah 3in1, seperti biasa aku mencari 2 joki supaya bisa melaju di restricted zone ala jakarta dengan aman. Pagi itu, mataku terpana karena ada satu joki prempuan yang laen dari yang laen. Pakeannya sih seperti yg laen, pake t shirt dan jeans, tapi toketnya itu lo, montok banget, wajahnya juga lumayan cantik. Sebelum disamber pengendara laen, segera aku menepi, dia masuk dan aku mengajak seorang anak kecil untuk melengkapi 3 orang di mobil. Mobil pun melaju. "Namanya siapa?" aku membuka pembicaraan. "Ayu, om". "Gak sekolah", karna wajahnya masih abg banget. "Lepas smu, gak ada kerjaan om, jadi ya sementara ngejoki dulu aja. "Kok gak skola?" "Gak ada dana om, om mau skoalin Ayu". Aku hanya senyum saja. Tiba2 tangannya mengelus pahaku. Aku kaget juga, agresif banget ni prempuan. "Waduh ramah ya". "Kok ramah, om". "Iya rajin menjamah". Napa. gak bole ya om". "Bole kok, jadi pengen ramah juga ni". "Ya elus aja om, Ayu gak apa kok". Aku gak perduli si anak yang dibangku blakang mendengar percakapan kita ini atao tidak, biar dia blajar cepet jadi gede. Akupun mengelus pahanya, dia menghentikan aksinya biar tangannya gak bertabrakan dengan tanganku. Tanganku menjalar sampe ke selangkangannya, dia sedikit mengangkangkan pahanya, sepertinya dia memang sengaja menarik perhatianku. Karena tempatnya sempit aku gak bisa mengakses selangkangannya, walaupun dia sudah berusaha mengangkangkan pahanya. "Sering dielus kalo lagi ngejoki ya". "Sering om". "Terus berlanjut gak". "Kadang berlanjut tapi seringnya enggak". "Kalo berlanjut kemana". "Ya tergantung yang bawa om. Om mo bawa Ayu kemana". Agresif juga jualannya ni prempuan. "Kamu dah pengalaman ya, umur kamu belon 20 kan". "Ya abis gimana, si om nya yang ngajakin masa Ayu tolak si. Tua amat om 20, masih dibawah itu kok om". 


Saat itu, mobil sudah sampe dibatas akhir 3in1. Aku memberi tip pada anak kecil yang duduk dijok blakang, tapi Ayu tidak beranjak dari tempat duduknya. "Kita mo kemana om". "Kamu maunya kemana". "Om gak sibuk kan, beliin Ayu pakean ya om". Wah matre juga ni. "Gak usah yang mahal om, deket sini kan ada dept store R, disitu murah kok om, lagi sale lagi". Memang dept store R tu posisinya untuk menengah ke bawah. Ya udah, gak matre matre banget kok, pikirku, maka mobil mengarah ke dept store yang disebut Ayu. Sesampainya disana, dept store sepi, maklum pagi dan hari kerja lagi. Gak apa sih, malah enak belanjanya, gak desek2an. Ayu dengan agresifnya menggandeng tanganku menuju ke kounter pakean prempuan. Dia memilih jins, t shirt, asesoris. "Gak beli daleman Ay", bisikku. "Bole ya om". "Bole aja, beli g string Ay". "Ayu skarang pake om. Beli yang model Ayu belon punya ya om". Dia menuju ke kounter pakean dalem prempuan. Aku hanya menunggu dari jauh, risih rasanya ikutan masuk ke kounter khusus prempuan itu. Ayu keliahatannya milih2 beberapa, sepertinya dia belon punya. "Setelah selesai aku membayar semua pakean yang dibelinya. Karena ada diskon yang lumayan besar, gak terlalu mahal lah pakean yang Ayu beli. "Om, Ayu beli g string yang ada lobangnya". "Jadi bisa langsung masuk ya Yu, gak usah dilepas lagi". "Ih om, tau aja", katanya sambil tersenyum. Cukup lama rupanya Ayu menghabiskan waktu untuk belanja pakean, karena saat kami keluar dept stor jam dah menunjukkan waktu untuk ngisi bahan bakar. "Ay, cari makanan yuk". "Di basement ada food court, kesana aja om, mur mer'. "apaan tu". "ah om kurang gaul neh, murah meriah". "Kamu sering kesini ya Ay, sampe apal semua tempat blanja dan makan". "Ya yang terjangkau buat Ayu kan disini om". "Kamu blanja sendiri?" "Kadang ditemenin, tapi sering sendiri". "Blanjanya abis dapet tip besar ya Ay". "Om tau aja". Kami memilih makanan. "Ay, pusing ni, jualannya banyak banget, Ayu yang milihin ya, aku ikut aja". "Iya deh, om duduk aja disini, pokoknya om akan makan apa juga yang Ayu beli ya". Aku mengeluarkan uang, tapi Ayu bilang "bayarnya nanti kok om, ditagih ma petugas kounternya". Ayu memilih makanan untuk kami ber2, tak lama dia kembali. 


"Kamu sering jalan ma om2 ya Ay". "Ya yang Ayu jokiin aja si om, juga gak semua yang Ayu jokiin ngajakin Ayu jalan". "Kamu suka ngelus2 mreka juga". "La iyalah om, kalo gak agresif gitu mana om tertarik ma Ayu". "Aku mah dah tertarik ma kamu sejak kamu berdiri di pinggir jalan". "Masak sih om, mangnya om tertarik ma apanya Ayu". "Toket kamu Ay, montok banget, jadi pengen nyusu". "Ih si om, siang2 dah genit". "Mangnya kalo genit gak bole siang ya Ay". "Bole aja si om". Pembicaraan terhenti karena pesanan makanan mulai berdatangan. "Kebanyakan gak om, om suka kan ma pilihan Ayu". "Suka banget Ay, orangnya aku juga suka kok". Ayu cuma tersenyum, selama makan kami becanda aja sembari ngobrol kesana kemari. Aku membayar bill semua makanan dan minuman itu, selesai makan Ayu langsung ngajak jalan lagi. "Om, abis makan gini Ayu suka ngantuk deh". "Jadi mo BBS nih". "apaan tu om". "Katanya gaul, bobo bobo siang". "Terserah om deh, Ayu ngikut aja". "Ke apartmenku ya". "siapa takut, Ayu blon pernah diajak ke apartmen deh om". "Biasanya kemana Ay" "Seringnya ke motel om, short time aja". "Kan di motel bisa 6 jam". "Tapi paling banter 2 jam udahan om, kan si om nya masi ada acara laennya". "Kerja maksud kamu". "Kali". Mobil kuarahkan ke apartmenku. 


Sesampe di apartmen, Ayu langsung aja melepaskan t shirt dan jinsnya. Kayanya gak mo buang2 waktu. Aku terpana melihatnya hanya memake daleman kaya gitu. Toketnya yang besar seperti mo melompat keluar dari bra nya yang kayanya kekecilan. Yang lebi menarik, Ayu pake g string yang tipis merewarang, sehingga jembutnya yang lebat berbayang dan berhamburan keluar dari kiri-kanan dan bagian atas g stringnya. "Wah kamu napsuin banet Ay, toket kamu besar, jembut kamu lebat gitu. Pasti napsunya besar ya Ay". "Om tau aja si, pengalaman ma abg ya om". Aku udah dalam keadaan telanjang. Aku segera memeluknya dan kutarik ke kamar. diapartmen cuma ada kami berdua. 


Branya sebentar saja dah kulepas. Toketnya yang ranum menantang sekali dengan dua pentil yang mencuat. Aku mencium kecil pipi kanannya. Dia tersenyum, kemudian membalas mencium kecil bibirku. Aku pun meraba toketnya. Dia menutup mata merasakan kenikmatan tersebut, kemudian aku mencium bibirnya, sambil sesekali kuhisap bibir bawahnya dan lidahku menjelajah ke rongga giginya dan menghisap lidahnya. Dia benar benar menikmatinya, kedua tanganku sudah berada pada dua toket ranumnya. Kuremas remas sambil kupelintir kedua pentilnya dengan ibu jari dan telunjukku. Dia terkadang bergetar tubuhnya ketika kombinasi yang kulakukan yaitu meremas sambil memuntir pentilnya. "Ah, om pinter deh bikin Ayu terangsang ya", katanya. 


Aku membaringkan tubuhnya diranjang dan langsung kutindih sambih terus meremas dan mencium bibirmya. kontolku yang sudah ngaceng keras menggesek bibir luar nonoknya dan gerakan kami seperti orang yang sedang ngen tot. Aku mendorong kebawah, dia mendorong pula pantatnya keatas. Aku tarik pinggangku, dia pun demikian. Mukanya bersemu merah menahan napsunya. Langsung kujilati pentil yang memerah muda, karena napsu sambil aku menyedot pentilnya dengan keras. Dia menggigit bibir sendiri menahan napsunya yang kian memuncak. Kakinya sudah menyepak kesana kemari. Sambil menjilat, aku memperhatikan gundukan di bawah pusar yang mumbul dengan jembut yang menyembul keluar. Pinggulnya bergerak tak menentu, "Hhh, om..hh enak", erangnya. 


Mendapat respon seperti itu tanganku mulai turun menjelajah dari toketnya ke arah perut, mengusap daerah pusar, kemudian turun lagi kebawah pusar yang ditumbuhi jembut, kemudian meraba daerah selangkangannya yang empuk. Aku tekan sekali sekali sambil kuremas. Hal ini menyebabkan gerakan pinggulnya yang makin panas. Aku dapat melihat butiran butiran keringat napsu yang menetes dari dahinya yang sedang membasahi rambut panjangnya. Kami langsung berpelukan sambil berciuman panjang. 


Setelah pelukan plus ciuman aku rasa cukup, tanganku mulai bermain ke arah selangkangannya dengan mengusap lembut naik turun melewati belahan nonoknya. Dari luar cdnya aku bisa merasakan bahwa didalam sudah lembab sekali, tentu banyak cairan yang sudah keluar dari nonoknya. Karena dia menggunakan g string yang memang kurang bahan untuk menutupi nonoknya, jariku dengan mudahnya dapat masuk melalui samping selangkangan dan bermain di sana. Sesekali jariku bermain pada bibir nonoknya agak lama, dia meliukan pinggangnya bergoyang goyang. Aku tetap tenang mengelus, sesekali seluruh jariku masuk dan meremas nonoknya dengan lembut. Hal ini membuat dia melenguh keras. Sambil tanganku meremas nonoknya, tangan kiriku masih terus aktif meremas toketnya baik yang kiri maupun yang kanan sambil mengisap bibir dan salah satu pentil yang nganggur. Jari tengahku mulai mengilik itilnya. Benar saja, itilnya sudah membesar dan basah. dia menggeliat tak tentu arah sambil mendesah, "Oh.. om enak sekali". "G string mu kubuka ya biar kamu nggak kegencet, liat tuh g string kamu kekecilan nggak bisa nampung pantat kamu yang bulat besar sama no nok kamu yang tembem, lagian kamu juga udah basah", jawabku sambil melepasnya, dan kali ini aku benar benar melihat dia dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun, dengan keadaan napsu yang memuncak. 


Bukan main indahnya bentuk nonoknya, dia mempunyai jembut yang lebat dan halus semua warna hitam. Jembutnya nampak rapih, karena dalam keadaan lurus tidak keriting seperti wanita kebanyakan. Aku mulai menyusuri ke arah pusarnya terus turun dan berhenti tepat dinonoknya. Dia sedikit jengah dan berkata, "Oh, om jangan liat kayak gitu dong.. Ayu kan malu" sambil tangannya mencoba menutupi. Tapi dengan cepat tanganku menahannya dan langsung bibirku mencium bibir luar nonoknya sambil kuhisap-hisap kedua belah bibir nonoknya. Dia benar benar kelojotan," Ah om, oh.. enak banget, hmm.. oh iya bener gitu.. ohh.."Aku menyapukan lidahku naik turun sambil tak lupa itilnya aku emut emut dan didalam bibirku aku kedut kedutkan. Lidahku mulai merangsek masuk ke dalam nonoknya yang memang benar benar sudah basah.


Dalam keadaan tersebut kepalanya tersentak kekiri dan kekanan menahan luapan napsu. Aku bisa melihat dan merasakan dia hampir nyampe, dan aku mulai menuntun kontolku yang sudah siap tempur. Kedua belah kakinya aku lebarkan sambil tangan kiriku mempermainkan itilnya dengan ibu jari dan tangan kananku mengarahkan kontolku ke nonoknya. Ketika kontolku bertemu dengan nonoknya, kepala kontolku langsung seperti dihisap oleh nonoknya. Aku peluk dia sambil sedikit aku goyangkan tanpa mendorong masuk kontolku ke dalamnya. Cukup kepalanya saja yang terjepit di dalam nonoknya. Pinggulnya mengimbangi gerakanku yang naik turun menggesek nonoknya. Kepala kontolku benar benar dijepit erat oleh nonoknya. Dia merem melek keenakan, dan tangannya memelukku dan mengimbangi gerakanku. "om, kon tol om enak banget sih hangat kena no nok Ayu." Setelah kurang lebih tiga menit kami seperti itu, aku merasakan pantatnya naik lebih tinggi, seakan akan ingin lebih merasakan kontolku. Maka akupun mulai sedikit demi sedikit mendorong lebih dalam, sehingga seluruh kontolku terbenam di dalam nonoknya. Dia mulai meracau lagi, "Oh om..enak banget kon tol om masuk semua ke dalem no nok Ayu.. hh. dorong lagi biar makin dalem masuknya.." Sambil memompa aku bertanya, "Ay.. kontolku lagi ngapain no nok Ayu?" "Hhh, skh.. hh kon tol om lagi ngentotin no nok Ayu," jawabnya sambil meremas pantatku gemas. Aku pura pura tidak mendengar ingin dia mengulang lagi kata katanya, "Ha.. lagi ngapain?" "Lagi dientot ..ohh nikmatnya.." Aku bertanya lagi, "Emang Ayu mau aku en tot?" Dia menyahut, "Iya jadi ketagihan nih dien tot sama om, abis kon tol om mantap, nikmat, enak rasanya." Sambil begitu aku benar-benar merasakan jepitan-jepitan halus dari dinding nonoknya. nonoknya mempunyai jepitan yang kuat, kontolku di dalam seperti dirayapi oleh jutaan semut, jadi seperti terkena setrum kecil, tapi hangat dengan sebentar-bentar no nok tersebut mencucup kembang kempis menyedot seluruh kontolku. 


Setelah lebih 20 menit, dia sudah hampir nyampe. "Ayo om, Ayu udah mau nyampe, enjot terus, iya teken biar kena i til Ayu oh.. benar begitu .. aduh, enak bener ngen tot ama om." Akupun merasakan intensitas kedutan nonoknya makin tinggi, dan sepertinya akupun sudah ingin ngecret juga. "Oh, Ay.. enak banget nonokmu ada empot ayamnya, rasanya legit, rapet, peret, oh, aku mau ngecret, gimana nih didalam atau diluar," kataku. "Didalem aja om biar enak, Ayu juga mau ngerasain disemprot peju om, mungkin besok lusa dapet haid, jadi aman," desahnya yang juga menahan napsu yang siap meledak beberapa saat lagi. Akhirnya aku merasakan kontolku diremas kuat sekali oleh otot nonoknya, gerakan pinggulnya terhenti, sambil pantatnya ditinggikan, aku mengocok kontolku, lagi dia menggeram dan.."Oh om Ayu nyampe, ouh..ahh. nggh ahh enak.. enak hh.." Aku pun tak tahan kontolku diremas dan disedot oleh nonoknya, dengan satu dan dua kali sentakan kontolku menyemprotkan peju kedalam nonoknya. Ketika aku menyemprotkan peju, nonoknya menyedot kencang hingga kami berdua merasakan nikmat luar binasa. Puas aku selesai ngecret dan begitu juga dia, ketika aku ingin melepas kontolku, dia mencegahnya. "Biarin didalam dulu sampe ngecil dan keluar sendiri yah." 
Akhirnya kami berbaring menyamping dengan kontolku masih nancep didalam nonoknya, masih dapat aku rasakan kedutan dalam nonoknya namun sudah melemah, dan kontolku mulai berangsur-angsur mengecil dan akhirnya lepas dengan sendirinya dari nonoknya. Dia terkulai lemes dan bermandikan keringat. Aku berbaring disebelahnya. Dia meremes2 kontolku yang berlumuran peju dan sudah lemes. Gak lama diremes2, napsuku timbul lagi, kontolku mulai ngaceng lagi. "om, Ayu dientot lagi dong, tuh kontolnya sudah ngaceng lagi. om kuat banget seh, baru ngecret udah ngaceng lagi". 


Aku diam saja, dia berinisiatif menaiki tubuhku. Disodorkannya pentilnya ke mulutku, segera pentilnya kukenyot2, napsunya mulai memuncak lagi. Dia menggeser ke depan sehingga nonoknya berada didepan mulutku lagi. "om, jilat dong no nok Ayu, itilnya juga ya om". Aku mulai menjilati nononknya dan itilnya kuhisap, kadang kugigit pelan, "Aah, om, diemut aja om, jangan digigit", desahnya menggelinjang. Dia gak bisa menahan diri lagi. Segera nonoknya diarahkan ke kontolku yang sudah tegang berat, ditekannya sehingga kontolku kembali amblas di nonoknya. Dia mulai menggoyang pantatnya turun naik, mengocok kontolku dengan nonoknya. Aku memlintir pentilnya, dia mendesah2. Karena dia diatas maka dia yang pegang kendali, bibirku diciumnya dan aku menyambutnya dengan penuh napsu. Pantatnya makin cepat diturun naikkan. 


Aku dengan gemas menggulingkannya sehingga kembali aku yang segera mengenjotkan kontolku keluar masuk nonoknya. Dia mengangkangkan pahanya lebar2, menyambut enjotan kontolku, dia gak bisa nahan lebih lama lagi, tubuhnya makin sering menggelinjang dan nonoknya terasa berdenyut2, "Om, aah". Akhirnya dia nyampe lagi, dia tergolek lemes, tapi aku masih saja menggenjot nonoknya dengan cepat dan keras, dia mendesah2 kenikmatan. Aku bisa membuat dia nyampe lagi sebelum akhirnya dengan satu enjotan yang keras kembali aku ngecretkan pejuku di nonoknya. Nikmat nya. Aku menciumnya, "Ay, nikmat banget deh ngen tot sama kamu". "iya om, Ayu juga nikmat banget, kalo ada kesempatan Ayu mau kok dien tot lagi sama om". "Bole aja Ay, ampe lupa nyobain g string kamu yang belubang bawahnya". "Laen kali ya om, ntar Ayu pake deh tu g string"

Jumat, 25 November 2011

Cerita Dewasa - Diperkosa Tiga Gadis

Sebenarnya aku tidak istimewa, wajahku juga tidak terlalu tampan, tinggi dan bentuk tubuhku juga biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa dalam diriku. Tapi entah kenapa aku banyak disukai wanita. Bahkan ada yang terang-terangan mengajakku berkencan. Tapi aku tidak pernah berpikir sampai ke sana. Aku belum mau pacaran. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas dua SMA. Padahal hampir semua teman-temanku yang laki, sudah punya pacar. Bahkan sudah ada yang beberapa kali ganti pacar. Tapi aku sama sekali belum punya keinginan untuk pacaran. Walau sebenarnya banyak juga gadis-gadis yang mau jadi pacarku.


Waktu itu hari Minggu pagi. Iseng-iseng aku berjalan-jalan memakai pakaian olah raga. Padahal aku paling malas berolah raga. Tapi entah kenapa, hari itu aku pakai baju olah raga, bahkan pakai sepatu juga. Dari rumahku aku sengaja berjalan kaki. Sesekali berlari kecil mengikuti orang-orang yang ternyata cukup banyak juga yang memanfaatkan minggu pagi untuk berolah raga atau hanya sekedar berjalan-jalan menghirup udara yang masih bersih.


Tidak terasa sudah cukup jauh juga meninggalkan rumah. Dan kakiku sudah mulai terasa pegal. Aku duduk beristirahat di bangku taman, memandangi orang-orang yang masih juga berolah raga dengan segala macam tingkahnya. Tidak sedikit anak-anak yang bermain dengan gembira.


Belum lama aku duduk beristirahat, datang seorang gadis yang langsung saja duduk di sebelahku. Hanya sedikit saja aku melirik, cukup cantik juga wajahnya. Dia mengenakan baju kaos yang ketat tanpa lengan, dengan potongan leher yang lebar dan rendah, sehingga memperlihatkan seluruh bahu serta sebagian punggung dan dadanya yang menonjol dalam ukuran cukup besar. Kulitnya putih dan bersih celana pendek yang dikenakan membuat pahanya yang putih dan padat jadi terbuka. Cukup leluasa untuk memandangnya. Aku langsung berpura-pura memandang jauh ke depan, ketika dia tiba-tiba saja berpaling dan menatapku.
"Lagi ada yang ditunggu?", tegurnya tiba-tiba.
Aku terkejut, tidak menyangka kalau gadis ini menegurku. Cepat-cepat aku menjawab dengan agak gelagapan juga. Karena tidak menduga kalau dia akan menyapaku.
"Tidak.., Eh, kamu sendiri..?", aku balik bertanya.
"Sama, aku juga sendirian", jawabnya singkat.


Aku berpaling dan menatap wajahnya yang segar dan agak kemerahan. Gadis ini bukan hanya memiliki wajah yang cukup cantik tapi juga punya bentuk tubuh yang bisa membuat mata lelaki tidak berkedip memandangnya. Apalagi pinggulnya yang bulat dan padat berisi. Bentuk kakinya juga indah. Entah kenapa aku jadi tertarik memperhatikannya. Padahal biasanya aku tidak pernah memperhatikan wanita sampai sejauh itu.
"Jalan-jalan yuk..", ajaknya tiba-tiba sambil bangkit berdiri.
"Kemana?", tanyaku ikut berdiri.
"Kemana saja, dari pada bengong di sini", sahutnya.


Tanpa menunggu jawaban lagi, dia langsung mengayunkan kakinya dengan gerakan yang indah dan gemulai. Bergegas aku mengikuti dan mensejajarkan ayunan langkah kaki di samping sebelah kirinya. Beberapa saat tidak ada yang bicara. Namun tiba-tiba saja aku jadi tersentak kaget, karena tanpa diduga sama sekali, gadis itu menggandeng tanganku. Bahkan sikapnya begitu mesra sekali. Padahal baru beberapa detik bertemu. Dan akujuga belum kenal namanya.


Dadaku seketika jadi berdebar menggemuruh tidak menentu. Kulihat tangannya begitu halus dan lembut sekali. Dia bukan hanya menggandeng tanganku, tapi malah mengge1ayutinya. Bahkan sesekali merebahkan kepalanya dibahuku yang cukup tegap.
"Eh, nama kamu siapa..?", tanyanya, memulai pembicaraan lebih dulu.
"Angga", sahutku.
"Akh.., kayak nama perempuan", celetuknya. Aku hanya tersenyum saja sedikit.
"Kalau aku sih biasa dipanggil Ria", katanya langsung memperkenalkan diri sendiri. Padahal aku tidak memintanya.
"Nama kamu bagus", aku memuji hanya sekedar berbasa-basi saja.
"Eh, boleh nggak aku panggil kamu Mas Angga?, Soalnya kamu pasti lebih tua dariku",� katanya meminta.


Aku hanya tersenyum saja. Memang kalau tidak pakai seragam Sekolah, aku kelihatan jauh lebih dewasa. Padahal umurku saja baru tujuh belas lewat beberapa bulan. Dan aku memperkirakan kalau gadis ini pasti seorang mahasiswi, atau karyawati yang sedang mengisi hari libur dengan berolah raga pagi. Atau hanya sekedar berjalan-jalan sambil mencari kenalan baru.
"Eh, bubur ayam disana nikmat lho. Mau nggak..?", ujarnya menawarkan, sambil menunjuk gerobak tukang bubur ayam.
"Boleh", sahutku.


Kami langsung menikmati bubur ayam yang memang rasanya nikmat sekali. Apa lagi perutku memang lagi lapar. Sambil makan, Ria banyak bercerita. Sikapnya begitu riang sekali, membuatku jadi senang dan seperti sudah lama mengenalnya. Ria memang pandai membuat suasana jadi akrab.


Selesai makan bubur ayam, aku dan gadis itu kembali berjalan-jalan. Sementara matahari sudah naik cukup tinggi. Sudah tidak enak lagi berjalan di bawah siraman teriknya mentari. Aku bermaksud mau pulang. Tanpa diduga sama sekali, justru Ria yang mengajak pulang lebih dulu.
"Mobilku di parkir disana..", katanya sambil menunjuk deretan mobil-mobil yang cukup banyak terparkir.
"Kamu bawa mobil..?", tanyaku heran.
"Iya. Soalnya rumahku kan cukup jauh. Malas kalau naik kendaraan umum", katanya beralasan.
"Kamu sendiri..?"
Aku tidak menjawab dan hanya mengangkat bahu saja.
"Ikut aku yuk..", ajaknya langsung.


Belum juga aku menjawab, Ria sudah menarik tanganku dan menggandeng aku menuju ke mobilnya. Sebuah mobil starlet warna biru muda masih mulus, dan tampaknya masih cukup baru. Ria malah meminta aku yang mengemudi. Untungnya aku sering pinjam mobil Papa, jadi tidak canggung lagi membawa mobil. Ria langsung menyebutkan alamat rumahnya. Dan tanpa banyak tanya lagi, aku langsung mengantarkan gadis itu sampai ke rumahnya yang berada di lingkungan komplek perumahan elite. sebenarnya aku mau langsung pulang. Tapi Ria menahan dan memaksaku untuk singgah.


"Ayo..", Sambil menarik tanganku, Ria memaksa dan membawaku masuk ke dalam rumahnya. Bahkan dia langsung menarikku ke lantai atas. Aku jadi heran juga dengan sikapnya yang begitu berani membawa laki-laki yang baru dikenalnya ke dalam kamar.
"Tunggu sebentar ya..", kata Ria setelah membawaku ke dalam sebuah kamar.


Dan aku yakin kalau ini pasti kamar Ria. Sementara gadis itu meninggalkanku seorang diri, entah ke mana perginya. Tapi tidak lama dia sudah datang lagi. Dia tidak sendiri, tapi bersama dua orang gadis lain yang sebaya dengannya. Dan gadis-gadis itu juga memiliki wajah cantik serta tubuh yang ramping, padat dan berisi.


Aku jadi tertegun, karena mereka langsung saja menyeretku ke pembaringan. Bahkan salah seorang langsung mengikat tanganku hingga terbaring menelentang di ranjang. Kedua kakiku juga direntangkan dan diikat dengan tali kulit yang kuat. Aku benar-benar terkejut, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Karena kejadiannya begitu cepat dan tiba-tiba sekali, hingga aku tidak sempat lagi menyadari.


"Aku dulu.., Aku kan yang menemukan dan membawanya ke sini", kata Ria tiba-tiba sambil melepaskan baju kaosnya.


Kedua bola mataku jadi terbeliak lebar. Ria bukan hanya menanggalkan bajunya, tapi dia melucuti seluruh penutup tubuhnya. Sekujur tubuhku jadi menggigil, dadaku berdebar, dan kedua bola mataku jadi membelalak lebar saat Ria mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya satu persatu sampai polos sama sekali.. Akhh tubuhnya luar biasa bagusnya.. baru kali ini aku melihat payudara seorang gadis secara dekat, payudaranya besar dan padat. Bentuk pinggulnya ramping dan membentuk bagai gitar yang siap dipetik, Bulu-bulu vaginanya tumbuh lebat di sekitar kemaluannya. Sesaat kemudian Ria menghampiriku, dan merenggut semua pakaian yang menutupi tubuhku, hingga aku henar-benar polos dalam keadaan tidak berdaya. Bukan hanya Ria yang mendekatiku, tapi kedua gadis lainnya juga ikut mendekati sambil menanggalkan penutup tubuhnya.
"Eh, apa-apaan ini? Apa mau kalian..?", aku membentak kaget.


Tapi tidak ada yang menjawab. Ria sudah menciumi wajah serta leherku dengan hembusan napasnya yang keras dan memburu. Aku menggelinjang dan berusaha meronta. Tapi dengan kedua tangan terikat dan kakiku juga terentang diikat, tidak mudah bagiku untuk melepaskan diri. Sementara itu bukan hanya Ria saja yang menciumi wajah dan sekujur tubuhku, tapi kedua gadis lainnya juga melakukan hal yang sama.


Sekujur tubuhku jadi menggeletar hebat Seperti tersengat listrik, ketika merasakan jari-jari tangan Ria yang lentik dan halus menyambar dan langsung meremas-remas bagian batang penisku. Seketika itu juga batang penisku tiba-tiba menggeliat-geliat dan mengeras secara sempurna, aku tidak mampu melawan rasa kenikmatan yang kurasakan akibat penisku di kocok-kocok dengan bergairah oleh Ria. Aku hanya bisa merasakan seluruh batangan penisku berdenyut-denyut nikmat.


Aku benar-benar kewalahan dikeroyok tiga orang gadis yang sudah seperti kerasukan setan. Gairahku memang terangsang seketika itu juga. Tapi aku juga ketakutan setengah mati. Berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Aku ingin meronta dan mencoba melepaskan diri, tapi aku juga merasakan suatu kenikmatan yang biasanya hanya ada di dalam hayalan dan mimpi-mimpiku.


Aku benar-benar tidak berdaya ketika Ria duduk di atas perutku, dan menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang padat. Sementara dua orang gadis lainnya yang kutahu bernama Rika dan Sari terus menerus menciumi wajah, leher dan sekujur tubuhku. Bahkan mereka melakukan sesuatu yang hampir saja membuatku tidak percaya, kalau tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri.


Saat itu juga aku langsung menyadari kalau gadis-gadis ini bukan hanya menderita penyakit hiperseks, tapi juga biseks. Mereka bisa melakukan dan mencapai kepuasan dengan lawan jenisnya, dan juga dengan sejenisnya. Bahkan mereka juga menggunakan alat-alat untuk mencapai kepuasan seksual. Aku jadi ngeri dan takut membayangkannya.


Sementara itu Ria semakin asyik menggerak-gerakkan tubuhnya di atas tubuhku. Meskipun ada rasa takut dalam diriku, tetapi aku benar-benar merasakan kenikmatan yang amat sangat, baru kali ini penisku merasakan kelembutan dan hangatnya lubang vagina seorang gadis, lembut, rapat dan sedikit basah, Riapun merasakan kenikmatan yang sama, bahkan sesekali aku mendengar dia merintih tertahan. Ria terus menggenjot tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang luar biasa cepatnya membuatku benar-benar tidak kuasa lagi menerima kenikmatan bertubi-tubi aku berteriak tertahan. Ria yang mendengarkan teriakanku ini tiba-tiba mencabut vaginanya dan secara cepat tangannya meraih dan menggenggam batang penisku dan melakukan gerakan-gerakan mengocok yang cepat, hingga tidak lebih dari beberapa detik kemudian aku merasakan puncak kenikmatan yang luar biasa berbarengan dengan spermaku yang menyemprot dengan derasnya. Ria terus mengocok-ngocok penisku sampai spermaku habis dan tidak bisa menyemprot lagi tubuhku merasa ngilu dan mengejang.


Tetapi Ria rupanya tidak berhenti sampai disitu, kemudian dengan cepat dia dibantu dengan kedua temannya menyedot seluruh spermaku yang bertebaran sampai bersih dan memulai kembali menggenggam batang penisku erat-erat dengan genggaman tangannya sambil mulutnya juga tidak lepas mengulum kepala penisku. Perlakuannya ini membuat penisku yang biasanya setelah orgasme menjadi lemas kini menjadi dipaksa untuk tetap keras dan upaya Ria sekarang benar-benar berhasil. Penisku tetap dalam keadaan keras bahkan semakin sempurna dan Ria kembali memasukkan batangan penisku ke dalam vaginanya kembali dan dengan cepatnya Ria menggenjot kembali vaginanya yang sudah berisikan batangan penisku.


Aku merasakan agak lain pada permainan yang kedua ***** Penisku terasa lebih kokoh, stabil dan lebih mampu meredam kenikmatan yang kudapat. Tidak lebih dari sepuluh menit Ria memperkosaku, tiba-tiba dia menjerit dengan tertahan dan Ria tiba-tiba menghentikan genjotannya, matanya terpejam menahan sesuatu, aku bisa merasakan vagina Ria berdenyut-denyut dan menyedot-nyedot penisku, hingga akhirnya Ria melepaskan teriakannya saat ia merasakan puncak kenikmatannya. Aku merasakan vagina Ria tiba-tiba lebih merapat dan memanas, dan aku merasakan kepala penisku seperti tersiram cairan hangat yang keluar dari vagina Ria. Saat Ria mencabut vaginanya kulihat cairan hangat mengalir dengan lumayan banyak di batangan penisku..


Setelah Ria Baru saja mendapatkan orgasme, Ria menggelimpang di sebelah tubuhku. Setelah mencapai kepuasan yang diinginkannya, melihat itu Sari langsung menggantikan posisinya. Gadis ini tidak kalah liarnya. Bahkan jauh lebih buas lagi daripada Ria. Membuat batanganku menjadi sedikit sakit dan nyeri. Hanya dalam tidak sampai satu jam, aku digilir tiga orang gadis liar. Mereka bergelinjang kenikmatan dengan dalam keadaan tubuh polos di sekitarku, setelah masing-masing mencapai kepuasan yang diinginkannya.


Sementara aku hanya bisa merenung tanpa dapat berbuat apa-apa. Bagaimana mungkm aku bisa melakukan sesuatu dengan kedua tangan dan kaki terikat seperti *****.?


Aku hanya bisa berharap mereka cepat-cepat melepaskan aku sehingga aku bisa pulang dan melupakan semuanya. Tapi harapanku hanya tinggal angan-angan belaka. Mereka tidak melepaskanku, hanya menutupi tubuhku dengan selimut. Aku malah ditinggal seorang diri di dalam kamar ini, masih dalam keadaan telentang dengan tangan dan kaki terikat tali kulit. Aku sudah berusaha untuk melepaskan diri. Tapi justru membuat pergelangan tangan dan kakiku jadi sakit. Aku hanya bisa mengeluh dan berharap gadis-gadis itu akan melepaskanku.


Sungguh aku tidak menyangka sama sekali. Ternyata ketiga gadis itli tidak mau melepaskanku. Bahkan mereka mengurung dan menyekapku di dalam kamar ***** Setiap saat mereka datang dan memuaskan nafsu birahinya dengan cara memaksa. Bahkan mereka menggunakan obat-obatan untuk merangsang gairahku. Sehingga aku sering kali tidak menyadari apa yang telah kulakukan pada ketiga gadis itu. Dalam pengaruh obat perangsang, mereka melepaskan tangan dan kakiku. Tapi setelah mereka mencapai kepuasan, kembali mengikatku di ranjang ***** Sehingga aku tidak bisa meninggalkan ranjang dan kamar *****


Dan secara bergantian mereka mengurus makanku. Mereka memandikanku juga di ranjang ini dengan menggunakan handuk basah, sehingga tubuhku tetap bersih. Meskipun mereka merawat dan memperhatikanku dengan baik, tapi dalam keadaan terbelenggu seperti ini siapa yang suka? Berulang kali aku meminta untuk dilepaskan. Tapi mereka tidak pernah menggubris permintaanku itu. Bahkan mereka mengancam akan membunuhku kalau berani berbuat macam-macam. Aku membayangkan kalau orang tua dan saudara-saudara serta semua temanku pasti kebingungan mencariku.


Karena sudah tiga hari aku tidak pulang akibat disekap gadis-gadis binal dan liar ***** Meskipun mereka selalu memberiku makanan yang lezat dan bergizi, tapi hanya dalam waktu tiga hari saja tubuhku sudah mulai kelihatan kurus. Dan aku sama sekali tidak punya tenaga lagi. Bahkan aku sudah pasrah. Setiap saat mereka selalu memaksaku menelan obat perangsang agar aku tetap bergairah dan bisa melayani nafsu birahinya. Aku benar-benar tersiksa. Bukan hanya fisik, tapi juga batinku benar-benar tersiksa. Dan aku sama sekali tidak berdaya untuk melepaskan diri dari cengkeraman gadis-gadis binal itu.


Tapi sungguh aneh. Setelah lima hari terkurung dan tersiksa di dalam kamar ini, aku tidak lagi melihat mereka datang. Bahkan sehari semalam mereka tidak kelihatan. Aku benar-benar ditinggal sendirian di dalam kamar ini dalam keadaan terikat dan tidak berdaya. Sementara perutku ini terus menerus menagih karena belum diisi makanan. Aku benar-benar tersiksa lahir dan batin.


Namun keesokan harinya, pintu kamar terbuka. Aku terkejut, karena yang datang bukan Ria, Santi atau Rika Tapi seorang lelaki tua, bertubuh kurus. Dia langsung menghampiriku dan membuka ikatan di tangan dan kaki. Saat itu aku sudah benar-benar lemah, sehingga tidak mampu lagi untuk bergerak. Dan orang tua ini memintaku untuk tetap berbaring. Bahkan dia memberikan satu stel pakaian, dan membantuku mengenakannya.
"Tunggu sebentar, Bapak mau ambilkan makanan", katanya sambil berlalu meninggalkan kamar *****


Dan memang tidak lama kemudian dia sudah kembali lagi dengan membawa sepiring nasi dengan lauk pauknya yang mengundang selera. Selama dua hari tidak makan, membuat nafsu makanku jadi tinggi sekali. Sebentar saja sepiring nasi itu sudah habis berpindah ke dalam perut. Bahkan satu teko air juga kuhabiskan. Tubuhku mulai terasa segar. Dan tenagaku berangsur pulih.
"Bapak ini siapa?", tanyaku
"Saya pengurus rumah ini", sahutnya.
"Lalu, ketiga gadis itu..", tanyaku lagi.
"hh.., Mereka memang anak-anak nakal. Maafkan mereka, Nak..", katanya dengan nada sedih.
"Bapak kenal dengan mereka?", tanyaku.
"Bukannya kenal lagi. Saya yang mengurus mereka sejak kecil. Tapi saya tidak menyangka sama sekali kalau mereka akan jadi binal seperti itu. Tapi untunglah, orang tua mereka telah membawanya pergi dari s***** Mudah-mudahan saja kejadian seperti ini tidak terulang lagi", katanya menuturkan dengan mimik wajah yang sedih.


Aku juga tidak bisa bilang apa-apa lagi. Setelah merasa tenagaku kembali pulih, aku minta diri untuk pulang. Dan orang tua itu mengantarku sampai di depan pintu. Kebetulan sekali ada taksi yang lewat. Aku langsung mencegat dan meminta supir taksi mengantarku pulang ke rumahku. Di dalam perjalanan pulang, aku mencoba merenungi semua yang baru saja terjadi.


Aku benar-benar tidak mengerti, dan hampir tidak percaya. Seakan-akan semua yang terjadi hanya mimpi belaka. Memang aku selalu menganggap semua itu hanya mimpi buruk. Dan aku tidak berharap bisa terulang lagi. Bahkan aku berharap kejadian itu tidak sampai menimpa orang lain. Aku selalu berdoa semoga ketiga gadis itu menyadari kesalahannya dan mau bertobat. Karena yang mereka lakukan itu merupakan suatu kesalahan besar dan perbuatan hina yang seharusnya tidak perlu terjadi.


TAMAT